Performance testing adalah suatu metode dalam dunia pengembangan perangkat lunak yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana kinerja suatu aplikasi atau sistem komputer dalam menanggapi berbagai situasi dan beban kerja yang mungkin terjadi. Dengan mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah kinerja, performance testing membantu memastikan bahwa aplikasi atau sistem dapat beroperasi secara optimal dalam kondisi yang berbeda.

Performance Testing, sebagaimana namanya, adalah bentuk pengujian non-fungsional yang digunakan untuk memahami perilaku atau kinerja suatu sistem ketika dihadapkan pada berbagai situasi, dengan tujuan mencegah potensi kegagalan sistem, seperti kemungkinan "system down".

Dalam konteks pengujian ini, seorang pengujian perangkat lunak atau ahli QA tidak hanya bertugas untuk menemukan kesalahan, melainkan untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dapat menyebabkan aplikasi mengalami keterlambatan dalam proses pemuatan atau bahkan mengalami kegagalan akses. Aplikasi yang mengalami waktu pemuatan yang berkepanjangan tentu akan menciptakan pengalaman pengguna yang kurang optimal.

Tujuan dan Manfaat Performance Testing
Tujuan utama dari performance testing adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan semua hambatan kinerja dalam sebuah aplikasi. Performance testing bukan untuk mencari bug atau cacat, melainkan untuk memastikan bahwa aplikasi berjalan dengan cepat, andal, dan efisien.

Manfaat dari performance testing adalah:

  • Meningkatkan kepuasan pengguna dengan menyediakan aplikasi yang responsif dan stabil.
  • Mengurangi biaya yang mungkin timbul akibat aplikasi yang bermasalah, seperti pengembalian, perbaikan, kompensasi, atau reputasi yang buruk.
  • Meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan di pasar.
  • Mencegah kerugian yang disebabkan oleh downtime atau kegagalan sistem.

Jenis-jenis Performance Testing:

  1. Load testing: menguji kinerja aplikasi dengan peningkatan beban kerja dalam waktu tertentu. Beban kerja ini bisa berupa pengguna bersamaan, jumlah transaksi, perilaku aplikasi, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk mengamati waktu respon, tingkat throughput, penggunaan sumber daya, dan lain-lain. Dengan mengidentifikasi hambatan kinerja pada atribut-atribut ini, Anda dapat memperbaikinya sebelum meluncurkan aplikasi untuk memastikan pengalaman pengguna yang lebih baik. Load testing juga membantu Anda memahami berapa banyak pengguna bersamaan yang dapat ditangani oleh aplikasi pada satu waktu.
  2. Stress testing: menguji kinerja aplikasi di luar parameter kerja normal. Artinya, aplikasi diberi beban kerja yang lebih tinggi dari yang dapat ditangani, seperti lalu lintas pengguna atau data yang ekstrim. Tujuannya adalah untuk mengetahui stabilitas aplikasi. Pada titik mana aplikasi gagal, dan bagaimana aplikasi pulih dari kegagalan tersebut?
  3. Spike testing: menguji kinerja aplikasi saat beban kerja meningkat secara tiba-tiba dan berulang. Beban kerja ini melebihi ekspektasi normal untuk waktu yang singkat. Spike testing adalah jenis stress testing yang digunakan untuk menguji reaksi aplikasi terhadap lonjakan beban yang tidak terduga.
  4. Endurance testing: menguji kinerja aplikasi selama periode yang lama dengan beban kerja yang normal dan tetap. Dengan kata lain, mengetahui seberapa lama aplikasi dapat bertahan dengan beban kerja yang konstan untuk memberikan keberlanjutan jangka panjang. Selama pengujian ini, tim pengujian memantau KPI seperti kebocoran memori, penggunaan memori, kekurangan memori, dan lain-lain. Endurance testing juga menganalisis waktu respon dan throughput setelah penggunaan yang lama untuk menampilkan apakah metrik ini konsisten atau tidak.
  5. Scalability testing: menguji kinerja aplikasi dengan meningkatkan beban kerja secara bertahap. Tujuannya adalah untuk menentukan efektivitas aplikasi dalam "meningkatkan skala" untuk mendukung peningkatan beban pengguna. Scalability testing membantu Anda memahami batas kapasitas aplikasi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menangani beban yang lebih besar.
  6. Volume testing: menguji kinerja aplikasi dengan menambahkan volume data yang besar dalam basis data. Tujuannya adalah untuk mengetahui dampak volume data terhadap kinerja aplikasi, seperti waktu respon, throughput, dan penggunaan sumber daya.

Proses performance testing meliputi langkah-langkah berikut:

  • Perencanaan: menentukan tujuan, ruang lingkup, kriteria, dan metode pengujian kinerja. Menentukan beban kerja, skenario, dan kasus pengujian yang akan digunakan. Menentukan alat, sumber daya, dan lingkungan pengujian yang dibutuhkan.
  • Desain: membuat dan mengkonfigurasi skenario dan kasus pengujian kinerja. Menentukan parameter, variabel, dan data yang akan digunakan. Menentukan metrik dan indikator kinerja yang akan diukur dan dilaporkan.
  • Implementasi: mengimplementasikan dan menjalankan skenario dan kasus pengujian kinerja. Mengumpulkan dan menyimpan data kinerja yang dihasilkan. Memantau dan mengontrol proses pengujian kinerja.
  • Analisis: menganalisis dan menafsirkan data kinerja yang dikumpulkan. Mengidentifikasi dan mendiagnosis hambatan kinerja dan masalah lain yang ditemukan. Membuat dan menyajikan laporan pengujian kinerja yang komprehensif dan rekomendasi perbaikan.

Terdapat banyak tools yang dapat digunakan untuk melakukan performance testing baik yang bersifat open source (gratis) maupun berbayar. Berikut adalah  contoh tools populer untuk performance testing:

  1. Apache JMeter adalah aplikasi open source berbasis Java yang dapat dipergunakan untuk performance test. Bagi seorang QA Engineer jMeter bisa digunakan untuk melakukan load/stress testing Web Application, FTP Application dan Database server test.
  2. LoadRunner adalah Sebuah Tools pengujian software dari OpenText. Digunakan untuk menguji aplikasi yang sedang kita bangun untuk mengukur kinerja sistem di bawah beban.
  3. Gatling adalah tools open-source yang digunakan untuk uji kinerja atau uji beban pada aplikasi yang kita bangun. tools ini dirancang untuk mengukur sejauh mana suatu sistem atau aplikasi dapat menangani beban kerja tertentu dan bagaimana kinerjanya saat menghadapi situasi pengguna yang bersamaan.

Keuntungan Performance Testing:

    • Meningkatkan Kinerja Aplikasi: Mengidentifikasi dan mengatasi bottleneck untuk meningkatkan respons dan waktu tanggapan aplikasi.
    • Memastikan Scalability: Memastikan bahwa aplikasi dapat berkembang sesuai kebutuhan tanpa mengorbankan kinerja.
    • Mengurangi Downtime: Menghindari kegagalan sistem dan menurunkan risiko downtime yang dapat merugikan.
    • Menjaga Kepuasan Pengguna: Menjamin pengalaman pengguna yang lancar dan memuaskan.

    Performance testing adalah elemen krusial dalam siklus pengembangan perangkat lunak untuk memastikan bahwa aplikasi berfungsi dengan optimal dan dapat menangani beban kerja yang diantisipasi. Dengan menggunakan berbagai tools yang tersedia, tim pengembang dapat mengidentifikasi dan mengatasi masalah kinerja sebelum aplikasi diluncurkan secara resmi.

    Pilihan alat tergantung pada kebutuhan spesifik proyek dan preferensi tim pengembangan. Beberapa tools dapat lebih cocok untuk aplikasi web tertentu