HRD di Masa “New Normal” Nanti, Apa saja yang Berubah?

Corona atau Covid-19 ini bakal bikin perubahan perilaku hampir di semua aspek. Kalo dibuku The Power of Habbit oleh Charles Duhigg, perubahan perilaku bisa terjadi karena ada pemicu sehinga terciptanya suatu kegiatan. “Karena otak kita terstimulasi. Nanti kita akan secara otomatis mengikuti perubahan itu,” tentu konteks sekarang ya pemicunya si Covid-19 ini.

Perilaku New Normal paling besar ya peningkatan aktivitas digital, krn terbukti teknologi bisa “menciptakan ruang jarak” agar si virus tidak bisa nular, plus sekaligus “mendekatkan jarak psikologis” dengan interaksi ruang virtualnya yg face to face.

Uniknya, nanti setelah wabah Corona usai akan ada suatu kondisi baru yang teradaptasi dari masa pandemi Covid-19. Kondisi itu teradaptasi dari perubahan perilaku digital.

“Perubahan perilaku pengguna handphone, laptop, dan segala macam yang basis konsumsinya adalah media sosial,” menurut Profesor Yohanes Eko Riyanto, Nanyang Technological University Singapore, disuatu diskusi live Youtube bertema The New Normal. Menurut nya situasi nantinya pasca-Covid 19 disebut The New Normal. Perubahan perilaku yang terjadi sama Covid-19 akan menciptakan situasi dan pembentukan tatanan ekosistem baru yang terkoneksi dengan perangkat digital dan internet.

Tantangannya buat HRD perusahaan adalah :

  1. Konseptualisasi “social distancing” Versus “Productivity”, gimana merumuskan pola kerja baru gimana supaya para karyawan tetap jaga jarak, namun disaat yg sama produktifitasnya tidak turun.
  2. Implementasi pendekatan-pedekatana tehnologi untuk personalia, karena hanya dg tehnologi bisa mengintegrasikan dan memadu-padankan semua kepentingan antar departemen dalam sebuah dashboard analisa personalia.
  3. Upgrade protokol-protokol kesehatan, evaluasi asuransi kesehatan karyawan, re-budgetting health insurance, dsb.

Disitu peran teknologi nanti bakal krusial. Sebagai HUB yg mem-by pass process, sinkronisasi, analisa, dan bahkan “protokol kesehatan”. Keuntungan Penggunaan Teknologi pada proses Human Resources Development (HRD) Perusahaan dalam masa New Normal :

  1. Mengubah proses manual yg harus “berjarak dekat” menjadi otomatis “tanpa jarak”, sehingga dapat mengurangi cost asuransi kesehatan jika karyawan terpapar virus, biaya akomodasi, biaya kertas, dan manual lainnya.
  2. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan di era New Normal menjadi lebih cepat. Teknologi memperpendek rantai birokrasi, misalnya proses rekrutmen yang tadinya selesai 1 bulan bisa terpangkas teknologi hanya butuh waktu 1 minggu saja.
  3. Pengambilan keputusan HRD menjadi lebih cepat, karena dengan teknologi maka data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat. Hal tersebut tentu saja akan menjadikan perusahaan lebih kompetitif.
  4. Menghemat biaya untuk pengembaangan karyawan dalam training, coaching, promosi dsb. Karena dapat dilakukan melalui website/aplikasi.
  5. Dengan teknologi, maka sistem HRD akan dapat terintegrasi dg sistem lainnya seperti finance, SCM, dsb.

Kami sangat siap membantu Perusahaan2 untuk merespon New Normal dg teknologi ke-HRD-an terkini, silakan klik :

Ada apa dengan Geographic Information System (GIS)?

Geographic Information System For Decision Maker

Pernah kah kita mendengar tentang aplikasi Geographic Information System yang biasa disebut dengan GIS? Mungkin dibenak kita GIS adalah sebuah aplikasi yang digunakan oleh orang-orang teknis untuk melakukan pemetaan pada peta-peta tematik.

Bila kita sedikit menengok kepada smartphone kita, banyak sekali aplikasi-aplikasi yang sudah memanfaatkan informasi berbasi GIS ini.  Mungkin saat ini kita sudah terbiasa dengan aplikasi mapping seperti Gojek, Uber, google map ataupun Grab. Pada tiap aplikasi yang kita lihat hanya beberapa icon yang memberikan gambaran lokasi atas sebuah point of interest (POI) ataupun point-point yang bergerak kesana kemari. Dan pada google map kita akan diberikan informasi jarak serta arah yang akan kita tempuh.

GIS atau dikenal dengan Geographic Information System adalah sistem komputer yang digunakan untuk menangkap, menyimpan, melakukan pengecheckan serta menampilkan data yang berhubungan dengan posisi muka bumi.

Jadi secara gambaran kasar, GIS digunakan untuk memberikan gambaran ke pengguna tentang data-data yang berhubungan dengan posisi titik bumi. Data-data yang berhubungan tersebut dapat berupa data lokasi, kodepos, data titik-titik bumi ataupun data lain yang ingin ditampilkan kepada pengguna. Data-data yang ditampilkan tersebut di proses menggunakan sebuah algorithma tertentu yang kemudian akan dijadikan sebuah informasi.

Dalam pengembangannya GIS dapat berhubungan baik secara langsung dan tidak langsung dengan berbagai macam disiplin (Engineering, planning, management, transport/logistics, insurance, telecommunications, dan business) sehingga GIS dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan.

Penggunaan GIS sangat beraneka ragam tergantung kebutuhan dari perusahaan ataupun oraganisasi yang membutuhkan. Data-data GIS yang digunakan juga memiliki keanekragaman tergantung dengan informasi yang diharapkan, data-data yang digunakan dapat berupa data orang, organisasi, data kependudukan, data tingak edukasi, data kecamatan, data kemacetan dan dapat juga berupa data bumi seperti kebun, pertanian, ketingian serta vegetasi ataupun data cuaca.

Dengan GIS teknologi ini pengguna dapat menggabungan serta membandingkan data-data yang ada, selain itu juga pengguna dapat menemukan harta karun berupa informasi yang sangat berguna bagi perusahaan, bagi organisasi ataupun bagi negara.

Sebagai contoh sebuah perusahaan ingin mengetahui market share atas sebuah daerah serta hubungan antara jumlah populasi dan tingkat konsumsi yang ada didalamnya. Maka sistem yang akan dibangun akan melakukan proyeksi serta analisis data berdasarkan data-data yang ada kemudian akan dilakukan mapping ke dalam sebuah informasi yang akan dibangun.

Saat ini GIS sudah banyak dipakai oleh perusahaan dan organisasi untuk menentukan kebijakan perusahaan/organisasi. GIS digunakan oleh para executive untuk melakukan pengawasan serta melakukan pengambilan keputusan. Dari data-data dan informasi yang dipaparkan membuat para pengambil kebijakan dapat memahami kondisi di lapangan tanpa perlu melihat kondisi real semua lokasi di lapangan.